Skip to main content

Loving Speech and Deep Listening

Pada bulan Mei yang lalu saya melewati perjalanan hidup saya dan berkenalan dengan Buddha, dengan para biksu dan bikuni yang merupakan murid dari guru Thich Nhat Hanh, Plum Village International.

Banyak hal yang saya temui disini, dan mencoba untuk memahami apa esensi dari semua yang mereka lakukan..
Salah satunya adalah mereka sukses mengingatkanku akan salah satu surat di Al-Quran. 3:159.

Satu hari dalam sesi Dharma Sharing, seorang biksu berbagi cerita yang sederhana. Sangat sederhana malah. Tapi entah kenapa saya begitu antusias menyimak sementara yang lainnya nampak antusias menguap hihi
Ada satu hal yg saya highlight "always practice loving speech and deep listening"

Saya mengutip sedikit dari ayat 3:159. "Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu".

Menurutku, 2 kalimat ituu artinya dalem banget. Loving speech berarti kita berbicara dengan lemah lembut, walaupun tidak nyaman akan sesuatu hal akan org lain bisa diungkapkan dengan tutur kata yang lembut dan halus. Deep listening mengajak kita untuk mendengar secara mendalam. Sehingga dapat memahami dan mengerti akan kondisi kelemahan orang lain, ataupun bisa jadi bahan introspeksi diri. Dan berhenti untuk menyalahkan orang lain. Doakan mereka supaya bisa berjuang mengolah kelemahannya.. sama sepertimu yang tentu saja mempunyai banyak kelemahan..

And there are six mantras to keep practicing loving speech and deep listening..
1. I am here for you
2. I know you are there, and I am very happy
3. You are suffering, what I can do to help
4. I suffer please help
(beranikan diri untuk sharing penderitaan dengan loving speech, yg ini biasanya kita suka menutup diri, karena takut dibilang lemah dsb)
5. This is a happy moment.
(Share positive energy)
6. I am partially correct.
Kita seringkali menganggap diri kita paling benar, pdhl tidak sepenuhnya. Deep listening berguna bgt untuk buat kita lbh paham.

Comments

Popular posts from this blog

HAI BOMBANA!

Sebuah proyek yang membuat saya merasakan kembali terbang di udara, menembus awan, menikmati pemandangan laut dengan bulatan-bulatan abstrak pulau tak berpenghuni,  gunung-gunung yang dihiasi hijaunya tumpukan pepohonan, dan mendarat dengan jiwa yang siap berpetualang namun sedikit khawatir ( because it was my first experience go to  the strange place, alone! ) ke daerah yang saya cari informasinya di google masih sangat minim sekali. HAI BOMBANA! Salam Kenal dari seorang gadis 21 tahun yang penasaran akan keadaanmu disana. Indonesia bagian Timur.. Bombana merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten yang masih sederhana, belum ada lampu merah, tapi sangat kaya akan sumber daya alamnya. Belum banyak orang mengenal daerah ini, karena kabupaten ini baru terbentuk yang merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Buton. Dari Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya dari Bandar Udara Haluleo

HAI BOMBANA! Part 2

Selanjutnya, proyek ini terus menuntun saya ke ujung selatan Kab. Bombana, membawa saya masuk ke dalamnya, menyusuri jalan berkelok-kelok dengan sisi jalan yang dihiasi pepohonan jambu mete hingga sampai ke salah satu desa yang terletak di atas bukit, Desa Balasari. Akses jalan masih sulit untuk dilalui mobil, karena belum di aspal. Sehingga mau tidak mau saya harus menggunakan motor. Sinyal pada telepon genggam juga tidak terdeteksi disini. Panas terik matahari juga ikut membakar semangat saya untuk bertugas dan berusaha mendapatkan sesuatu yang asing tetapi harus unik! Langit sangat cerah, mendukung saya untuk beraktivitas dikala siang itu. Nampak jalan yang belum diaspal, tapi suguhan pemandangan sekitar menyulap perjalanan saya menjadi nikmat. Tak jarang pohon-pohon besar yang tumbuh dibabat habis dan dibakar di sebagian lahan untuk dialihfungsikan sebagai perkebunan dan pertanian warga. Desa Balasari sangat kaya akan perkebunan Jambu Monyet/Jambu Mete/Mede (

Transformasi massal

Sore ini, sehabis berkebun bersama petani, kurebahkan tubuhku yang tipis di sofa berwarna hijau. Ada koran Kompas hari ini (25/5/2016) terletak rapi di atas meja. Isi berita nya pun tak habis-habisnya tentang korupsi, kekurangan swasembada pangan, bencana alam dsb. Ada artikel menarik yang membuatku sangat ingin membacanya secara mendalam.  Nama penullisnya adalah Bambang Hidayat, seorang Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di akhir paragraf karyanya, ada beberapa kalimat yang membuat saya berfikir penuh dengan apa yang beliau tulis.. "Dalam buku ajar ekologi sederhana dapat ditemui bahwa ilmu itu adalah pengetahuan mengenai hubungan timbal balik antara serba hidup dan lingkungannya dimana serba hidup itu tumbuh dan berkembang. Makna yang dapat kita tuai adalah pemekaran benih adab untuk mengecambahkan kualitas luhur kemanusiaan. Ini bukan upaya transfromasi massal agar semua orang menjadi ahli lingkungan, melainkan pengimbang tanggung jawab sesama agar ada waris