Sore ini, sehabis berkebun bersama petani, kurebahkan tubuhku yang tipis di sofa berwarna hijau. Ada koran Kompas hari ini (25/5/2016) terletak rapi di atas meja. Isi berita nya pun tak habis-habisnya tentang korupsi, kekurangan swasembada pangan, bencana alam dsb.
Ada artikel menarik yang membuatku sangat ingin membacanya secara mendalam.
Nama penullisnya adalah Bambang Hidayat, seorang Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Di akhir paragraf karyanya, ada beberapa kalimat yang membuat saya berfikir penuh dengan apa yang beliau tulis..
"Dalam buku ajar ekologi sederhana dapat ditemui bahwa ilmu itu adalah pengetahuan mengenai hubungan timbal balik antara serba hidup dan lingkungannya dimana serba hidup itu tumbuh dan berkembang. Makna yang dapat kita tuai adalah pemekaran benih adab untuk mengecambahkan kualitas luhur kemanusiaan. Ini bukan upaya transfromasi massal agar semua orang menjadi ahli lingkungan, melainkan pengimbang tanggung jawab sesama agar ada warisan untuk anak dan cucu."Seringkali pemerhati lingkungan, ahli lingkungan, aktivis lingkungan dipandang sebelah mata dan ditertawakan. Dianggap aneh, atau sok ekologis. Padahal mereka sedang berjuang penuh terhadap dirinya sendiri untuk membangun pola hidup yang ekologis. Mereka sedang membangun kepedulian untuk anak cucu mereka. Mereka sedang berjuang membangun harapan-harapan yang baru. Harapan yang diwujudkan dengan aksi yang nyata. Seringkali aksi nyata yang dimulai dari hal terkecil itu ditertawakan oleh saya sendiri, ataupun kamu yang mungkin saja belum sadar akan apa yang terjadi dengan ibu bumi sekarang ini? apa yang terjadi dengan kesehatan jasmani, hati, dan pikiran generasi muda? Mungkin kita bisa sama-sama merenung sebentar, dengan apa yang terjadi saat ini di duniaa luar, disekitar kita, ataupun apa yang terjadi dalam dirimu saat ini..
Comments
Post a Comment