Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Loving Speech and Deep Listening

Pada bulan Mei yang lalu saya melewati perjalanan hidup saya dan berkenalan dengan Buddha, dengan para biksu dan bikuni yang merupakan murid dari guru Thich Nhat Hanh, Plum Village International. Banyak hal yang saya temui disini, dan mencoba untuk memahami apa esensi dari semua yang mereka lakukan.. Salah satunya adalah mereka sukses mengingatkanku akan salah satu surat di Al-Quran. 3:159. Satu hari dalam sesi Dharma Sharing, seorang biksu berbagi cerita yang sederhana. Sangat sederhana malah. Tapi entah kenapa saya begitu antusias menyimak sementara yang lainnya nampak antusias menguap hihi Ada satu hal yg saya highlight "always practice loving speech and deep listening" Saya mengutip sedikit dari ayat 3:159. "Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu". Menurutku, 2 kalimat ituu artinya dalem banget. Loving speech berarti kita berbicara dengan lemah lembut, walaupun tidak nyaman akan sesuatu hal akan o

Pilih yang mana?

Menurutku, menentukan pilihan yang paling mudah adalah menentukan mana yang baik atau buruk. Yang paling sulit adalah ketika pilihan yang datang itu baik dan baik. Baik menurut siapa? Baik menurut perspektif orang lain? Atau siapa? Sehingga seringkali saya pun ragu dan bingung untuk memilih.  saya baru menyadari bahwa pilihan ini sering kali baik, tapi menurut perspektif orang lain. Hari ini, di saur pertama bulan Ramadhan. Saya mendapat jawabannya yang saya tangkap dari ucapan bapak ustad. "Seluruh pilihan itu baik, pilihan yang sudah ditentukan pastinya baik. Tapi baik berdasarkan apa? Perspektif egomu atau nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran?, seringkali kita keliru akan hal ini" Munculnya jawaban ini buat saya flashback, dan kontemplasi akan Al-Quran. Al-Quran sebagai "manual book" manusia punya akal, manusia yang tinggal di bumi. Al-Qur'an itu ada alam semesta di dalamnya. Al-Quran karya sastra dari Sang Khaliq, penuh perumpamaan yang indah. Aka

Transformasi massal

Sore ini, sehabis berkebun bersama petani, kurebahkan tubuhku yang tipis di sofa berwarna hijau. Ada koran Kompas hari ini (25/5/2016) terletak rapi di atas meja. Isi berita nya pun tak habis-habisnya tentang korupsi, kekurangan swasembada pangan, bencana alam dsb. Ada artikel menarik yang membuatku sangat ingin membacanya secara mendalam.  Nama penullisnya adalah Bambang Hidayat, seorang Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di akhir paragraf karyanya, ada beberapa kalimat yang membuat saya berfikir penuh dengan apa yang beliau tulis.. "Dalam buku ajar ekologi sederhana dapat ditemui bahwa ilmu itu adalah pengetahuan mengenai hubungan timbal balik antara serba hidup dan lingkungannya dimana serba hidup itu tumbuh dan berkembang. Makna yang dapat kita tuai adalah pemekaran benih adab untuk mengecambahkan kualitas luhur kemanusiaan. Ini bukan upaya transfromasi massal agar semua orang menjadi ahli lingkungan, melainkan pengimbang tanggung jawab sesama agar ada waris

Menuju < 3676 mdpl

Menuju 3676 mdpl Setelah perjalanan solo dari Bengkulu, Allah tidak pernah habis-habisnya mengabulkan permintaan umat-Nya, termasuk saya (walaupun mungkin ini sedikit memaksa). Perjalanan ini sudah direncanakan 3 bulan sebelumnya, pembagian jobdesk sudah dibagi dengan jelas dan saya kebagian jadi kokinya ( just accept that part, even don’t have any idea what menu should i cook) , anggaran dana sudah di kalkulasikan, peralatan pun sudah di list dan itenerary sudah mantap dari hasil revisi beberapa kali disesuaikan dengan kondisi Semeru saat itu. Ini merupakan kali pertama saya melakukan perjalanan, berkemah, mendaki gunung yang akan membutuhkan lama perjalanan selama 4 hari. Tidak begitu banyak berkontribusi mengatur perjalanan, saya memilih untuk mengikuti intruksi yang ada ataupun mengikuti apa  yang karib saya, yaitu Vita as Pitbul dan Endah as Smeggy (asal kata dari Smeagol) lakukan. Mereka sudah beberapa kali melakukan pendakian, pastinya sudah lebih memiliki pengalam