Skip to main content

22. "Where have you been twenty two?" Upsss sorry i mean, Finally I found you twenty two!



“Darimana saja kamu! baru merasakan dan menyadari hal seperti ini sekarang”. Ya pernyataan seperti ini selalu muncul di dalam benakku, berulang-ulang kali di tiap kondisi tertentu. Saya anggap pernyataan itu adalah wujud penyesalan. Saya tidak akan membiarkan pernyataan diatas terus tersirat  karena saya tidak ingin menyesali apa yang telah saya perbuat. Kekeliruan, kesalahan, kejahatan, kebaikan, kesukaran, kemudahan yang lalu. Semua itu sudah menjadi sejarah. “Sejarah adalah sesuatu yang dapat berbicara walaupun bisu dan hidup walaupun terkubur di lapisan bumi yang paling bawah” (Kutipan yang luar biasa dari penulis Dr. Muhammad Yahya Waloni, 2007). Simpan sejarah itu baik-baik di dalam memori mu jadikan itu sebagai pengalaman dan pelajaran hidup yang tidak semua orang mengalaminya untuk bekal di masa depan. Sungguh saya akan terus berusaha untuk tidak memunculkan perkataan seperti itu di dalam benakku kali ini, sejam kemudian, besoknya, seminggu kemudian dan seterusnya. Dan akan saya ganti menjadi “Luar biasa, Alhamdulillaah ya Allah telah memberikanku petunjuk, memberikanku kesempatan untuk mengetahui walaupun hanya sebagian kecil Ilmu dari bermilyar-milyar misteri Ilmu-Mu yang saat ini masih banyak yang belum terungkap, menyadarkan ku betapa besarnya kuat dan besarnya kekuasaan-Mu.“
24 Februari 2015. Saya dipertemukan dengan angka 22. Mengapa ketemu? Saya tidak tau pasti, tapi saya merasa memang baru sekarang dipertemukan dengan kesempatan untuk menyadari satu hal secara mendalam di dua puluh dua. Apa itu? PENCAPAIAN TARGET. Saat sebelumnya saya masih pasrah terhadap semuanya, istilah kasarnya masa bodoh dengan apa yang akan saya capai, jelek yaudaah de, bagus alhamdulilaah. Sebut saja pada saat masuk universitas, saya tidak terlalu ambil pusing dan sungguh-sungguh dalam memilih jurusan ataupun universitas mana yang saya ingini. Hingga akhirnya masuk di universitas negeri di Bandung dengan jurusan Biologi. Banyak yang bilang mau jadi apa kamu? Mau jadi apa ya urusan nanti. Ya saya tetap menjalaninya, konsentrasi bercabang antara ngoprek sosial media, main dan belajar. Pada akhirnya jadi lulusan dengan IPK baik tapi bukan yang terbaik and just let it flow.”But life keeps on turning,all you have to do is go forward and do the best as long as you can right?. Angka 22 memang bukan sekedar angka, saya baru merasakan a real sweet seven-teenth ya di 22 atau saya harus ganti sweet twenty-second. Tidak ada kue dan lilin yang datang untuk 22, saya membuatnya sendiri hari itu. Tidak ada kado yang menumpuk untuk 22, tetapi saya merasakan ada hadiah lain yang tidak kasat mata, tidak dapat dirasakan lidah, tidak dapat diraba yaitu KESADARAN.
“Raih dan kejarlah cita-citamu setinggi mungkin, jangan mudah putus asa!” hidup selama 22 tahun di dunia, sudah sering sekali mendengar motto, kalimat perintah, pernyataan seperti itu. Ya, saya tahu, hanya sekedar tahu. Konteks kesadaran bagi saya sangat luas. Namun, saya coba untuk dekripsikan sebagian kecilnya yaitu ketika kita sudah mengetahui makna dan mendalami makna kalimat perintah yang cukup sederhana, ditanam dalam diri dengan semangat dipupuki dan disirami dengan ikhtiar. Sampai pada akhirnya ia tumbuh besar nyata dalam bentuk  pergerakan terus maju ke depan. Nothing instant, Everything needs process! And don’t forget Allah SWT test different peopIe with different trials, because everyone has a different level of patience, tolerance, and faith! All you have to do is keep moving forward, be patient and ikhtiar. I think my big obstacle is I have so many To-Do list, but I haven’t arrange schedule for the target yet. So I don’t feel like chasing for something and laziness dominate my body. That’s my duty to handle this!
Bagi teman-teman yang membaca mungkin muncul berbagai opininya masing-masing, mungkin ada yang bilang “kemana aja sih lu?”, “apaan sih ni orang?”, “buseet ni orang tertinggal banget sih baru sadar di umur 22” or whatever. Untuk kalian yang udah sadar sedari dulu, saya salut! Saya yakin hidup kalian sudah sukses, atau sudah dekat dengan kesuksesan. Untuk yang belum atau baru diberi KESADARAN seperti saya ini semoga bisa terus berusaha, terus maju, dan melakukan yang terbaik sekuat tenaga seperti orang-orang yang lebih dulu sadar.

Comments

Popular posts from this blog

HAI BOMBANA!

Sebuah proyek yang membuat saya merasakan kembali terbang di udara, menembus awan, menikmati pemandangan laut dengan bulatan-bulatan abstrak pulau tak berpenghuni,  gunung-gunung yang dihiasi hijaunya tumpukan pepohonan, dan mendarat dengan jiwa yang siap berpetualang namun sedikit khawatir ( because it was my first experience go to  the strange place, alone! ) ke daerah yang saya cari informasinya di google masih sangat minim sekali. HAI BOMBANA! Salam Kenal dari seorang gadis 21 tahun yang penasaran akan keadaanmu disana. Indonesia bagian Timur.. Bombana merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten yang masih sederhana, belum ada lampu merah, tapi sangat kaya akan sumber daya alamnya. Belum banyak orang mengenal daerah ini, karena kabupaten ini baru terbentuk yang merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Buton. Dari Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya dari Bandar Udara Haluleo

HAI BOMBANA! Part 2

Selanjutnya, proyek ini terus menuntun saya ke ujung selatan Kab. Bombana, membawa saya masuk ke dalamnya, menyusuri jalan berkelok-kelok dengan sisi jalan yang dihiasi pepohonan jambu mete hingga sampai ke salah satu desa yang terletak di atas bukit, Desa Balasari. Akses jalan masih sulit untuk dilalui mobil, karena belum di aspal. Sehingga mau tidak mau saya harus menggunakan motor. Sinyal pada telepon genggam juga tidak terdeteksi disini. Panas terik matahari juga ikut membakar semangat saya untuk bertugas dan berusaha mendapatkan sesuatu yang asing tetapi harus unik! Langit sangat cerah, mendukung saya untuk beraktivitas dikala siang itu. Nampak jalan yang belum diaspal, tapi suguhan pemandangan sekitar menyulap perjalanan saya menjadi nikmat. Tak jarang pohon-pohon besar yang tumbuh dibabat habis dan dibakar di sebagian lahan untuk dialihfungsikan sebagai perkebunan dan pertanian warga. Desa Balasari sangat kaya akan perkebunan Jambu Monyet/Jambu Mete/Mede (

Transformasi massal

Sore ini, sehabis berkebun bersama petani, kurebahkan tubuhku yang tipis di sofa berwarna hijau. Ada koran Kompas hari ini (25/5/2016) terletak rapi di atas meja. Isi berita nya pun tak habis-habisnya tentang korupsi, kekurangan swasembada pangan, bencana alam dsb. Ada artikel menarik yang membuatku sangat ingin membacanya secara mendalam.  Nama penullisnya adalah Bambang Hidayat, seorang Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di akhir paragraf karyanya, ada beberapa kalimat yang membuat saya berfikir penuh dengan apa yang beliau tulis.. "Dalam buku ajar ekologi sederhana dapat ditemui bahwa ilmu itu adalah pengetahuan mengenai hubungan timbal balik antara serba hidup dan lingkungannya dimana serba hidup itu tumbuh dan berkembang. Makna yang dapat kita tuai adalah pemekaran benih adab untuk mengecambahkan kualitas luhur kemanusiaan. Ini bukan upaya transfromasi massal agar semua orang menjadi ahli lingkungan, melainkan pengimbang tanggung jawab sesama agar ada waris